Rabu, 17 Desember 2014

Konvergensi media

A.     Pengertian konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris yaitu convergence. Kata konvergensi merujuk pada dua hal atau benda atau lebih bertemu dalam satu titik (Arismunandar,2006:1).Konvergensi media sendiri merupakan Penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah konvergensi mulai banyak digunakan sejak tahun 1990-an. Kata ini umum dipakai dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks, angka, gambar, video, dan suara (Briggs dan Burke, 2000: 326).Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (Preston, 2001).
B.     Perkembangan Pers,  Internet, dan Kovergensi Media
Jurnalistik pada dasarnya berkaitan erat dengan pers, namum memiliki perbedaan. Dalam arti sempit, pers hanya digolongkan sebagai produk penerbitan yang melewati proses percetakan. Pers dalam arti luas adalah meliputi pelbagai kategori dan jenis media massa, baik suratkabar, radio, televisi, film, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ”jurnalistik” adalah bentuk komunikasinya, bentuk kegiatan dan bentuk isinya, sedangkan ”pers” adalah medium tempat jurnalistik disalurkan/dipublikasikan. Jika dilihat dari hasil akhirnya, ”jurnalistik” adalah adalah hasil kegiatan pengolahan informasi yang akan disampaikan berupa berita, reportase, feature, dsb, maka ”pers” adalah suratkabarnya, majalahnya, televisinya, atau internetnya. Singkat kata pers adalah medianya, sedangkan jurnalistik adalah isinya (Muhtadi, 1999; Sumadiria, 2005; Kusumaningrat dan Kusumaningrat, 2005).
Industri pers terkait erat dengan perkembangan teknologi komunikasi, publikasi, dan informasi. Antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam industri pers. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadlinepenulisan berita menjadi lebih panjang dan bisa ditunda hingga malam hari. Selain itu, teknologi fotografi memungkinkan ditampilkannya foto pada halaman-halaman suratkabar. Perkembangan selanjutnya dari penemuan ini adalah teknologi cetak yang dapat mencetak kertas sampai ribuan lembar setiap jam. Proses percetakan menggunakan metode typesetting, yakni huruf yang akan dicetak disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil cetakan seperti yang diperkenalkan pertama kali oleh Gutenberg. Pada periode 1860-an merupakan tahun ditemukannya litography, yaitu proses percetakan dengan cetakan bahan kimia dan menggantikan metode sebelumnya, yaitu engraving. Di sisi lain, teknologi percetakan fotografi pun mengalami perkembangan dengan prosesphotoengraving yaitu dengan mencetak suatu gambar secara kimia melalui lempengan besi dengan proses fotografis. Setelah Perang Dunia II, proses percetakan menggunakanoffset printing. Teknologi ini digunakan terus menurus sampai saat ini karena kualitas, kecepatan, dan dari sisi pembiayaan lebih ekonomis (Straubhaar & La Rose, 2006; Fidler, 2003).
Pada 1893, untuk pertama kalinya surat-suratkabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu. Pada 1920-an, suratkabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi. Namun kemunculan televisi tidak sampai “mematikan” media yang lain. Jadi dapat dikatakan, munculnya radio tidak mematikan media cetak, demikian juga munculnya televisi tidak menghentikan kegemaran orang mendengarkan radio. Ketiga jenis media itu memiliki karakteristik tersendiri dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga saling melengkapi. Inilah yang menyebabkan ketiga media itu sanggup bertahan bersama-sama secara harmonis (Rivers, dkk, 2003).
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur menjadi lebih panjang, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa. media cetak mengalami perubahan besar dalam proses produksi. Mesin ketik yang tadinya dipergunakan secara luas untuk menghasilkan tulisan, mulai digantikan oleh komputer.
Melalui komputer, media cetak tidak hanya menghasilkan tulisan yang dapat diubah tanpa membuang-buang kertas namun juga dapat mengubah suatu gambar atau foto. Hasil kerja yang berbentuk softcopy tersebut, kemudian dicetak. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi (Straubhaar & La Rose, 2006).
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Setiap media dan kantor berita juga dituntut untuk juga menggunakan internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Di sisi lain, pada tahun 2000-an, berkat perkembangan teknologi web yang pesat, muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja. Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita. Meski tentunya masih diperdebatkan karena harus memenuhi beberapa syarat.
Internet pada dasarnya adalah sistem jaringan antar komputer. Konsepnya adalah menjadikan personal komputer (PC) yang terdapat di seluruh dunia baik di rumah-rumah maupun di kantor sebagi terminal komunikasi serba guna yang dapat digunakan untuk menerima ataupun mengirim sinyal seperti suara, gambar, dan data (Ishadi, 1999).
Internet sebagai salah satu kata kunci yang memainkan peran penting dalam pembentukan media baru juga ditegaskan oleh pernyataan Don Tapscott, direktur Alliance of Converging Technologies, sebagai berikut :
The traditional media of the fourth estate (originally called ‘the press’) are converging with computing and telecommunications to create nothing less than a new medium of human communications –with the Net at its heart (Tapscott, dalam Dalam Riley, Patricia,et.al,Error! Hyperlink reference not valid.).
Media baru tersebut muncul dengan sifatnya yang semakin canggih. Karakteristik volume informasi dan pesan yang disampaikan semakin besar dan menjangkau seluruh dunia. Media baru yang dimaksudkan di sini tidak terbatas hanya pada media interaktif saja, tapi juga seluruh media konvensional yang ada. Berkat kecanggihan teknologi, media baru ini mampu menyebarkan seluruh kejadian ke seluruh penjuru dunia pada saat yang sama. McQuail (2004) merumuskan ciri-ciri media baru tersebut, antara lain :
1.Desentralisasi: pengadaan dan pemilihan berita/informasi tidak lagi sepenuhnya berada di tangan pemasok komunikasi.
2.Berkemampuan tinggi: pengantaran melalui media kabel dan satelit mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya.
3.Bersifat interaktif: setiap pelaku komunikasi yang terlibat didalamnya dapat melakukan proses komunikasi timbal balik, dimana mereka dapat memilih, menjawab kembali, menukar informasi dan dihubungkan dengan yang lainnya secara langsung.
4.Fleksibel: fleksibel dalam hal ini meliputi bentuk, isi, dan penggunaannya.
Dengan jaringan internet sebagai saluran komunikasinya dan informasi interaktif yang menjangkau seluruh dunia, peranan media baru tersebut menjadi sangat dominan. Semua media lama akan menjadi tradisional jika tidak melibatkan diri dalam jaringan cyberspace. Semua itu merupakan prasyarat agar media mampu menjadi bagian dari sistem jaringan global.
Jumalisme online telah memicu tren alternatif, mengklaim bahwajurnalisme online telah mengubah segala aktivitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis.
J.Pavlik (2001) menyebut jurnalisme online sebagai “contextualized journalism” yang mengintegrasikan tiga model komunikasi, yaitu kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang dapat ditata dengan berbagai variasi (costomizable features).Dalam kaitan ini, Rafaeli dan Newhagen (sebagaimana dikutip Santana, 2005: 137) mengidentifikasi lima perbedaan utama yang ada di antara jurnalisme online dan media massa tradisional:
(1) kemampuan internet untuk mengombinasikan sejumlah media
(2)kurangnya tirani penulis atas pembaca
(3)tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak;
(4) internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung; dan
(5) interaktifitas web.
Dengan berbagai ciri yang melekat pada jurnalisme online di atas, maka dapat dikatakan bahwa secara nyata terdapat perbedaan yang cukup mencolok pada jurnalisme online dibanding media konvensional. Dengan demikian. kelebihan dari internet sebagai media komunikasi adalah kemampuannya dalam mengubah alur komunikasi yang searah (dari komunikator ke komunikan) menjadi dua arah (dari komunikan ke komunikator). Sifat interaktif inilah yang menyebabkan internet mejadi media yang memperlebar ruang-ruang demokrasi, sebab masyarakat tak lagi sekedar objek pemberitaan tetapi juga bisa jadi subjek.
C.     Dimensi-dimensi konvergensi media:
1.      Konvergensi Teknologi
Ketika pertama kali mendengar kata konvergensi media, orang-orang seringkali langsung terfokus pada konvergensi dalam bidang teknologi yang mengiringi media tersebut. Seperti yang diungkapkan Burnett dan Marshall (2003) yang mengungkapkan konvergensi sebagai proses penggabungan antara media, induastri telekomunikasi dan komputasi, dan penyatuan segala bentuk komunikasi termediasi dalam bentuk digital. Jelas, di sini Burnett dan Marshall menempatkan konvergensi identik dengan digitalisasi, dan konvergensi sebagai imbas dari perkembangan teknologi Web. Grant dan Wilkinson (2009) sendiri berpendapat bahwa terdapat dua fitur perkembangan teknologi yang secara spesifik menjadi inti perwujudan konvergensim media, yaitu: teknologi digital dan jejaring computer. Dari Analog ke Digital
Inovasi utama dalam bidang teknologi, menurut Grant, ialah kemampuan media untuk bertransisi secara virtual dari teknologi analog ke digital. ‘Dunia Analog’ ialah dunia yang selalu terwujud secara fisik, karena setiap impuls pesan, yang berupa suara, teks, gambar, atau bunyi, memiliki jalur penerimaannya masing-masing. Contohnya ialah radio, televisi, atau mikrofon. Perkembangan teknologi menjadi digital memungkinkan sebuah media untuk menghantarkan segala jenis gelombang dalam satu jalur frekuensi saja. Gambar, suara, teks, video, dan segala jenis pesan lainnya digabung dan dimanipulasi dalam satu format yang sama, menjadi sebuah instruksi yang terdiri dari rangkaian kode biner (angka 0 dan 1). Menurut Mirabito dan Morgenstern (2004: 21), keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan sistem digital antara lain, computer compatibility dan integrity of the data when transmitted yang berarti kemampuan perangkat digital untuk terhubung dan transfer data ke  perangkat digital lain. Contohnya, kamera digital, handphone, iPod, dapat tersambung ke sebuah computer. Sistemmultiplexing  memungkinkan banyak sinyal dapat ditumpangkan pada satu pemancar sehingga lebih efektif. Sistem encoding digital juga lebih flexible sehingga data-data yang tersimpan dapat disimpan, dimodifikasi, ditransfer, dan dimanipulasi untuk berbagai kepentingan. Contohnya ialah gambar dari kamera digital dapat ditransfer ke komputer secara mudah, diedit melalui Photoshop, dan dikonversi menjadi berbagai format, mulai dari JPG, PNG, GIF, atau bahkan dirangkai menjadi videoslideshow. Jejaring Komputer
Inovasi teknologi kedua yang menjadi titik penting konvergensi ialah persebaran internet yang dapat menghubungkan computer dalam suatu jaringan. Dengan terhubung melalui internet, hampir seluruh konten informasi dari media apapun, tersedia kapanpun dan dimanapun, tanpa terbatas ruang dan waktu seperti jika kita menggunakan media tradisional. Kini bisa saja koran dibaca dalam genggaman telapak tangan, sambil mendengarkan musik, diselingi chatting di messenger, atau sesekali mengupdate status via Twitter. Pagi, ataupun sore, sambil duduk bersantai di rumah, atau ketika terjebak macet dalam mobil. Semua itu mungkin dilakukan melalui smartphone.
Dengan dua fitur terpenting teknologi ai atas, maka jelaslah bahwa dimensi teknologi dalam konvergensi merujuk pada kemampuan teknologi digital untuk menyimpan, memanipulasi, dan memodifikasi segalam jenis informasi di dalam komputer. Dan melalui internet, segala macam perangkat berbasis komputer dapat saling terhubung untuk saling berbagi segala jenis konten informasi tersebut.
2.      Konten Multimedia
Dari segi konten, konvergensi media mengacu pada kemampuan untuk menampilkan berbagai macam format konten media hanya melalui satu media saja. Contoh media konvergen yang berisi konten multimedia ini misalnya koran online Kompas.com. Melalui website, koran Kompas menjadi media konvergen yang dapat memuat berita dalam format teks, suara, dan video, bahkan dapat menyediakan wadah interaktif bagi komunitas pembacanya dalam format blog, bernama Kompasiana. Organisasi berita yang memanfaatkan website seperti Kompas ini, disebut juga convergent journalism. Dalam aspek jurnalisme, konten multimedia ini dapat pula menghasilkan konvergensi newsroom, di mana satusatu redaksi dapat menghasilkan berbagai output berita dengan konten multimedia.
3.      Kepemilikan
Konvergensi media juga tidak bisa dilepaskan dari dimensi kepemilikan media itu sendiri. Kepemilikan media saat ini cenderung mengarah kepada cross-ownership di mana berbagai media seringkali tergabung dalam satu kepemilikan yang sama. Tren kepemilikan media di Indonesia sekarang pun menunjukkan kecenderungan konvergensi kepemilikan. Peta media di Indonesia dikuasai oleh beberapa grup media besar, seperti Grup MNC yang memiliki RCTI, Global TV, MNC TV (televisi), koran Sindo (cetak), dan Okezone (online), serta jaringan Trijaya FM (radio). Ada pula grup Kompas-Gramedia yang dominan di bidang media cetak dengan memproduksi Kompas, Warta Kota, dan Tribun, di bidang online melalui Kompas.com, radio Sonora FM, dan saat ini berekspansi ke televisi melalui Kompas TV.
4.      Kolaborasi
Salah satu dimensi penting dari konvergensi ialah kolaborasi antar media. Kolaborasi ini sifatnya berbeda dengan konvergensi kepemilikan yang biasanya cenderung tergabung dalam tingkat newsroom. Dalam kolaborasi, konvergensi pun dapat dilakukan oleh media yang kepemilikannya berbeda ataupun jenis medianyayang berbeda. Konvergensi yang dilakukan biasanya berupa sharing content atau saling berbagai informasi di tingkat penyajian. Contoh kolaborasi ini misalnya kolaborasi antara headline berbagai koran nasional yang biasanya turut disiarkan sebagai salah satu berita di acara Apa Kabar Indonesia di TV One. Atau ketika berita ramalan cuaca di televisi turut dimuat di koran esok paginya.
5.      Koordinasi
Dalam dimensi koordinasi, media-media yang berbeda kepemilikan bisa saja kerja sama seperti halnya media-media yang tergabung dalam satu kepemilikan. Konvergensi yang dilakukan dapat berupa sharing informasi, atau saling memanfaatkan fitur-fitur lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Contoh konvergensi koordinasi antar media misalnya Kantor Berita Gabungan ONANA (Organization of Asia News Agencies) yang berisi kantor-kantor berita di negara dunia ketiga, yang berfungsi sebagai sarana pertukaran berita lokal di negara masing-masing anggota. Meskipun demikian, ONANA tidak dapat bertahan lagi sekarang karena tidak dikelola secara professional. Contoh lainnya ialah kerjasama antar-website dalam satu interest, misalnya website AirAsia bekerjasama dengan website Hotel-hotel di seluruh dunia untuk saling mempromosikan produknya. http://konvergensi.komunikasi.or.id/5/post/2011/09/teknologi-5-dimensi-bernama-konvergensi.html tersedia online [18 April 2013]
D.     Sisi Positif dan Negatif Konvergensi Media
Konvergensi media juga memiliki memiliki sisi  positif dan negatif.
·        Sisi positifnya yaitu :
- Konvergensi media memperkaya informasi secara meluas tentang seluruh dunia karena ada akses internet
- Memberikan banyak pilihan kepada masyarakat pengguna untuk dapat memilih informasi yang diinginkan sesuai selera, contohnya saja adalah televisi interaktif dan televisi multisaluran dimana pengguna memilih sendiri program siaran yang disukai. Sehingga penggunaan teknologi
Konvergensi menjadi lebih personal.
- Lebih mudah, praktis dan efisien. Tidak perlu punya dua media kalau ternyata bisa punya satu media dua fungsi.
- Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang bisa mengakses informasi secara bebas dan luas dengan berbagai cara dan bentuk
- Dalam implikasi ekonomi, konvergensi berpengaruh terhadap perusahaan dan industri teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisins. Keuntungan yang didapat dari hasil konvergensi media sangat menguntungkan dan memajukan perusahaan. Selain itu, mudahnya akses informasi membuat industri dan perusahaan semakin mudah dan cepat mengantisipasi
Tantangan kebutuhan baru konsumen serta persaingan yang ketat
- Interaktif. Masyarakat bisa langsung memberikan umpan balik terhadap informasi-informasi yang disampaikan. Media konvergen memunculkan karakter baru yang makin interaktif, dimana penggunanya mampu berkomunikasi secara langsung dan memperoleh teknologi manusia.
- Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat. Contohnya, para pembaca berita online hanya dengan mengklik informasi yang diinginkan di komputer konsekuensi langsung atas pesan (Severin dan Tankard, 2001: 370).
·        Sisi negatifnya yaitu :
-Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi kecanduan teknologi (cybermedia dan cybersociety). Adanya ketergantungan dimana segala sesuatu menjadi serba praktis dan otomatis. Menurut saya teknologi yang praktis memang bagus karena mempercepat dan memudahkan, namun hal ini juga bisa menjadi buruk jika kita tidak bijak  Karena dengan adanya praktis kita cenderung menjadi orang yang “malas” dimana segala yang otomatis akan mempercepat hilangnya pekerjaan karena pekerjaan manusia sudah bisa digantikan dengan teknologi yang canggih
- Munculnya masyarakat digital/ masyarakat maya. Kemajuan teknologi konvergensi yang maju telah mempersempit jarak dan mempersingkat waktu. Jarak dan waktu sudah bukan masalah lagi, misalnya media lainnya tanpa perlu bertemu langsung. Hal ini menimbulkan masyarakat maya dimana komunikasi langsung secara face to face sudah tidak diminati lagi. Pendapat saya ini diperkuat dalam buku berjudul anda di Eropa dengan saya di Asia bisa saling berkomunikasi saat itu juga melalui internet atau Handbook of new media: social shaping and social consequences of ICTs, dikatakan bahwa media konvergen menyebabkan derajat massivitas massa berkurang, karena komunikasinya makin personal dan interaktif (Lievrouw dan Livingstone, 2006: 164).
- Media cetak/media tradisional/media konvensional mulai kalah dengan media modern atau media baru /online
-Kesenjangan social yang semakin besar. http://sahira.blog.binusian.org/2011/04/15/response-konvergensi-media/tersedia online [18 April 2013]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar